no plagiarism . no copying . no cheating . no hacking . no destroying . no damaging . baddly is NOT here .

Friday, March 25, 2011

Perumpamaan

Well, good night guys.
There's something interesting about Moslem.
Let's start. ;)

Saya menulis postingan ini karena saya teringat dengan beberapa orang yang sering salah kaprah. Yah, mungkin begitu istilah yang dapat saya ungkapkan.

Well, para pembaca sekalian. Ada beberapa yang ingin kukatakan tentang keberadaan Allah SWT. Banyak orang yang mengatakan bahwa Allah ada di mana-mana. Dan sebagian orang mengatakan hal itu jelaslah salah. Mengapa? Karena jika Allah ada di mana-mana, berarti Allah ada lebih dari satu. Dan fakta mengatakan bahwa Tuhan hanya satu. Qul huwallaahu ahad! Begitulah yang diucapkan Bilal bin Rabbah, budak yang merupakan orang pertama yang mengumandangkan adzan. Dan orang-orang yang berbicara tentang fakta ini memiliki suatu masalah.

Begini, para pembaca sekalian. Kita umpamakan keberadaan Allah itu seperti air laut. Sebenarnya, laut itu di dunia ada berapa? Sebenarnya hanya ada satu. Tapi dia bisa ditemukan di berbagai tempat, kenapa? Air laut merupakan lapisan permukaan bumi, dan dibubuhi beberapa daratan yang bisa kita sebut benua, pulau, dan sebagainya. Lalu, apakah laut bisa kita katakan ada banyak? Tidak. Sebenarnya laut itu hanya ada satu, tapi dia ada di mana-mana. Begitulah kiranya tentang maksud Allah ada di mana-mana.

Lalu, Allah itu sebenarnya ada di mana? Kita gunakan perumpamaan lagi.

Begini, teman-temanku, atau guru-guruku yang pernah beradu pendapat denganku tentang Singgasana Allah (jika merasa). Kita umpamakan diri kita, manusia, sebagai seekor ikan di kolam yang sedang mencari air. Seekor ikan ini mengitari tempat tinggalnya sambil bertanya, "Air itu dimana sih?" dan selalu bertanya seperti itu kepada teman-temannya. Atau seperti, "Hei teman-teman, aku penasaran sebenarnya air itu di mana sih?" dan sahut salah satu temannya, "Aku pun tidak tahu, namun sama penasarannya denganmu." Dan ketika ikan itu melompat setinggi-tingginya dan mendarat di sebuah batu di tepi kolam, ia melihat sesuatu yang jernih, bening. "Itu air, aku bisa melihatnya. Aku tahu sekarang di mana air," namun ia sudah tidak bisa berkata apa-apa lagi kepada temannya. Ia tidak bisa bernafas. Dan akhirnya ia mati karena terlalu lama berada di daratan.

Seperti itulah kita, mencari Allah SWT.

Tapi ini hanyalah perumpamaan. Kita tidak tahu apa yang akan terjadi nantinya, namun kita hanya bisa berumpama. Dan terus begitu, hingga nyawa kita dicabut dari jasadnya.

That's all, aku mengilhamkan cerita ini dari ayahku. :)

- A.A.M.R

It's Not My Business

Good evening everyone.
Well, aku dapat ilham dari cerita ibuku. Kira-kira begini lah ceritanya, suatu hal yang sangat sepele, tapi ternyata benar-benar menakjubkan sekaligus mengerikan.

Suatu hari di sebuah desa tinggallah seekor tikus kecil di rumah sepasang suami istri. Suaminya adalah seorang petani. Mereka merupakan pasangan yang tidak memiliki seorang anak. Pada satu hari, pasangan suami istri tersebut mengetahui bahwa ada seekor tikus yang tinggal di rumah mereka. Mereka pun berencana untuk membunuh tikus tersebut dengan membeli sebuah perangkap tikus. Sang tikus mendengar rencana suami istri tersebut dan tidak bisa melakukan apa-apa. Akhirnya ia mendatangi seekor ayam ternak pak Tani. Ia bercerita tentang hidupnya yang terancam. Setelah tikus selesai bercerita, ayam hanya bisa berkata, "Tikus, aku sangat kasihan padamu," dan melanjutkan aktivitasnya. Karena merasa kecewa dengan jawaban ayam, ia pun pergi ke tempat kambing. Ia bercerita lagi tentang hidupnya yang terancam, dan kambing pun berkata, "Tikus, aku sangat kasihan padamu," dan melanjutkan aktivitasnya. Masih kecewa dengan jawaban kambing, ia pun mendatangi teman terakhirnya, si sapi. Kemudian ia bercerita tentang hal yang sama dan sang sapi juga menanggapi cerita si tikus sama seperti ayam dan kambing. Akhirnya, tikus pun tidak bisa apa-apa. Padahal, nyawanya sudah terancam akan hilang.


Lalu keesokan harinya, suami istri itu hendak pergi ke pasar untuk mencari perangkap tikus. Namun, tiba-tiba san istri jatuh sakit. Akhirnya mereka tidak jadi membeli perangkap tikus dan kembali ke rumah. Setelah berhari-hari sakitnya tak kunjung sembuh, sang suami pun memutuskan untuk membuat sup ayam dari ayam ternaknya. Ayam pun disembelih dan diolah menjadi sebuah sup yang nikmat. Tapi, penyakitnya tak kunjung hilang. Sang suami pun menyembelih kambingnya untuk dibuat menjadi sate kambing, agar istrinya lekas sembuh. Tetapi, pada akhirnya mereka tak bisa berbuat apa-apa lagi. Penyakit sang istri yang tak kunjung hilang pun menelan nyawanya dan sang istri pun meninggalkan dunia untuk selama-lamanya. Karena istrinya meninggal, sang suami pun mengadakan acara untuk mengenang kepergian sang istri dengan membagikan daging sapinya kepada warga-warga di desa. Pada akhirnya, sang tikus kecil pun selamat dari ancaman.

Sebenarnya, apa yang dapat kita petik dari cerita ini? Ingatlah, jika seorang temanmu memiliki masalah, janganlah membiarkan mereka menderita dengan masalah itu. Bantulah semampunya. "It's not my business" merupakan salah satu bentuk cerminan diri yang tidak mau membantu orang lain. Seperti sang tikus yang sedang dalam kesulitan, seharusnya teman-temannya berusaha menolong. Tapi apa yang mereka lakukan? Mereka hanya berkata "kasihan". Sebenarnya, sikap seperti itu menunjukkan rasa tidak peduli terhadap sesama manusia.

So, ingatlah para pembaca semua. Jangan biarkan temanmu menderita dengan masalah mereka jika kalian tidak ingin seperti itu. :)

- A.A.M.R

Monday, March 7, 2011

Rahman wa Rahiim

Good day everyone!


Semua orang-orang yang kusayangi, aku ingin memberitahu satu hal yang penting dan patut disampaikan. Bagi para muslim, ini adalah fakta yang tidak pernah terhapuskan. Sebuah fakta yang melekat pada kitab suci kita, Al-Qur'an. Salah satu Asmaul Husna, yaitu Yaa Rahman Yaa Rahim yang berarti Maha Pengasih dan Maha Penyayang.

Kita semua tahu bahwa Allah adalah Tuhan yang Maha Pengasih dan Maha Penyayang. Sebenarnya, sebesar apa kasih sayangnya pada kita para hambaNya?



Cukup kita ketahui, kita menghirup oksigen di dunia ini, melihat, mendengar, berbicara, bergerak, dan segala sesuatu yang kita lakukan dapat kita nikmati secara gratis. Kita tidak perlu membayar layaknya membayar setabung oksigen di rumah sakit yang harganya sangat mahal. Kita tidak perlu membayar untuk menggunakan kaki-kaki kita, tangan, bahkan sampai kerja otot-otot kita yang tidak terbayangkan oleh kita. Semua itu dapat kita lakukan secara gratis.

Di antara hal-hal yang lain itu, yang paling sederhana. Ia sangaaaat menyayangi kita, sangat memerhatikan kita walaupun kita bahkan hampir tidak pernah mengingatnya setiap waktu, tetapi, apa yang Ia lakukan pada kita? Ia tidak langsung menghukum kita seperti orang-orang pada zaman nabi dulu. Ia tidak menyiksa kita seperti para kafir zaman dahulu. Dan hal yang paling sepele, tahukah kalian?

Ia masih mengizinkan kita menyebut namaNya, Allah SWT.
Jadi teman-teman, renungkanlah hal ini. Apakah kalian masih ingin meninggalkan kewajiban 5 waktu kalian?

Semoga artikel yang susah payah saya tulis ini membantu kalian. :)

- A.A.M.R

Over Confidence

Artha. Begitulah ia dipanggil. Gadis manis berambut kecokelatan sebahu yang tidak pernah digerai itu merupakan gadis yang sungguh pemalu. Ia sangat malu dengan dirinya sendiri karena tidak berani melakukan apapun dengan kepercayaan diri yang tinggi. Ia sama sekali tidak memiliki keyakinan diri.

Tapi, sedikit demi sedikit aku mulai kehilangan kesabaran dengannya. Ternyata, dibalik sikapnya yang sok misterius itu, ia menyimpan sifat yang sungguh memuakkan.

Over confidence, begitulah ia yang sebenarnya.

flash back >>>


"Aku tidak ingin meninggalkan sekolah ini. Bagiku, di sinilah satu-satunya orang yang menyayangiku dan kusayangi berada. Aku tidak ingin meninggalkannya," tuturnya sambil menitikkan air mata. Tampak tangan mungilnya menulis sesuatu pada selembar kertas buram.

"Dia udah terlalu baik sama aku..." lanjutnya masih dengan tangisan kecil. Sesekali ia mengusap air matanya itu. Matanya memerah karena sudah terlalu lama menangis.

"Emang siapa yang kau suka?" tanyaku tanpa pikir panjang padanya.

"Someone.."

"Scott?" tebakku kemudian. Ia masih tidak mengubah ekspresi di wajahnya. Ia terdiam sambil mengusap air mata di pipinya.

"Ayolah, aku tidak akan bilang siapa-siapa. Aku akan menjaga rahasiamu," rengekku sedikit padanya. Hampir tak sabar aku dibuatnya.

"Bukan, bukan siapa-siapa."

Aku hanya bisa memandang sebercak sinar pada matanya yang lesu.

***

Siang ini aku bermain internet di laboratorium komputer sekolah. Aku benar-benar larut dalam artikel yang kubaca di internet sampai aku tak menyadari 2 orang yang duduk di sebelahku sedang membicarakan sesuatu.

"Hei, aku sedang membuat cerpen. Kau mau menyisipkan nama apa? Biar kuletakkan di cerpenku," kata Artha padaku. Ia tersenyum.

"Hmm, mungkin kumasukkan nama Sam. Ya, Sam," gumamku pelan dengan mata yang masih menatap layar komputer, sama sekali tidak mengalihkan pandanganku dari monitor.

"Baiklah, nama yang bagus." Ia mulai mengetik sesuatu. Aku tidak begitu memperhatikan. Tapi Fay, teman dekatnya yang sekarang menemaninya mengetik cerpen terus memperhatikanku. Aku tidak peduli. Tetapi saat ia mulai mengalihkan pandangannya ke layar komputer yang digunakan Artha untuk menulis cerpen, dengan cepat aku memundurkan kursiku, pura-pura menunggu website yang sedang diproses untuk dibuka, lalu dengan diam kubaca cerpen buatan Artha.

Kau tahu, isinya benar-benar sedikit menyindirku. Entahlah, tapi feeling-ku berkata demikian. Ia menamai seseorang yang disukainya dengan nama Sky. Dan ia juga menamai seorang mantan kekasihnya dengan nama Bridge. Menamai diriku dengan nama Sam, dan dirinya yang dinamai Z. Ia menceritakan tentang hal-hal ketika ia berhubungan dengan Bridge, dan setelah putus ia jatuh cinta pada seorang lelaki bernama Sky. Masalahnya adalah, ia mengatakan bahwa ia tidak mungkin mendapatkan Sky, karena Sam, salah satu sahabatnya merupakan gadis yang paling dekat dengan Sky, yang paling sering bermain bersama, dan ia menuturkan bahwa sepertinya Sky dan Sam saling menyukai.

Dan seseorang yang ada dalam pikiranku saat itu adalah... Scott. Cuma dia yang memenuhi kriteria cowok yang dijelaskan dalam cerpen milik Artha. Aku mengerti sekarang. Mulai sekarang aku tidak begitu mendekati Scott lagi.

Setelah melewati beberapa waktu lamanya, suatu saat ketika kami sudah terpisah ruang belajarnya, aku menelepon Artha. Aku bermaksud meminta nomor handphone beberapa teman sekelasku dulu. Saat kutanya nomor Scott, ia berkata sesuatu.

"Eh, kau sadar tidak? Pada nomor handphone Scott selalu ada angka 4 dan 5 nya," tanyanya padaku ditelepon.

"Entahlah, aku tidak memerhatikan," jawabku cuek. Aku mendengar sedikit nada gembira dari ujung telepon saat itu.

Aku selalu memikirkan hal itu. Entah kenapa harus 4 dan 5? Aku juga tidak tahu.

Sampai beberapa tahun kemudian, kudapatkan orang itu berpacaran dengan salah satu temanku, Phil. Aku tidak tahu penyebabnya. Yang kupikirkan adalah, Artha menyukai Scott. Dan kurasa dia terlalu yakin bahwa Scott menyukainya juga. Dan setiap kutanya 'kenapa dengan Phil?' ia selalu menjawab, 'aku ingin melupakannya.'

Suatu waktu aku menemukan buku hariannya. Di sana ia menceritakan bahwa ia sungguh kecewa dengan Scott. Ia sangat marah. Entah apa alasannya.

Dan kau tahu? Scott tidak pernah tahu tentang perasaan Artha padanya. Bahkan ia tidak pernah mengerti apa salahnya dengan Artha. Dan Artha pikir, tanpa perlu memberitahu Scott bahwa ia menyukainya, mungkin Scott akan mengerti karena ia merasa Scott benar-benar menyukainya. Sungguh keadaan yang rumit.

Kupikir juga begitu. Ternyata, setahun setelah peristiwa itu, Scott menyatakan rasa sukanya pada seorang gadis yang sudah ia sukai sejak pertama bertemu dengannya. Sungguh, kupikir ia menyukai seorang Artha.

Dan aku mengerti sekarang apa maksud dari angka 4 dan 5 pada nomor handphone Scott. 4 melambangkan huruf A yang berarti Artha, dan 5 melambangkan huruf S yang bermakna Scott. Saat kutanyakan pada Scott, ia bahkan tidak menyadari bahwa hampir seluruh nomornya dulu selalu memiliki angka 4 dan 5 yang berdampingan. Hanya Artha yang memerhatikan hal itu.

Ya, Artha. The over confidence girl.


- A.A.M.R

Saturday, March 5, 2011

Misunderstanding

Selamat siang semuanya, saya punya beberapa pemikiran yang sempat terlintas di benak saya dan akan saya uraikan pada beratus-ratus kata pada postingan kali ini. Semoga kali ini sungguh bermanfaat dan menambah pengetahuan kalian semua.

Tadi, ketika saya sedang membaca postingan saya tentang Love and Parents (baca postingan sebelumnya) saya hampir melupakan sesuatu. Sebenarnya ini benar-benar simpel, tapi masih banyak orang awam yang tidak mengerti hal ini. Kita adalah insan yang harus taat kepada orangtua, menyayangi orangtua, saling menyayangi suami/istri bagi yang sudah menikah, menyayangi anaknya, mematuhi guru, dan berbagai macam lainnya yang telah Anda sekalian ketahui. Tapi, tahukah Anda bahwa Allah SWT pernah berfirman bahwa kita hanya diperbolehkan menaati, menyayangi, mengingat, mencintai Dia? Ya, kita hanya boleh melakukannya kepada Allah SWT. Lalu, apakah hal tersebut menjadi alasan untuk tidak mematuhi orangtua atau membantah guru?

Begini, para pembaca sekalian. Kita hanya diperbolehkan mengingat yang satu, yaitu Allah SWT. Kita diharuskan menaati yang satu, yaitu Allah SWT. Dan kita juga harus membuat Allah menjadi senang. Allah senang jika kita menaati dan mengingatnya setiap saat. Terutama saat kita berhadapan dengan-Nya pada 5 waktu dalam sehari. Dan menaati setiap peraturan-Nya. Dan untuk membuat Allah senang, kita harus menaati perintah-Nya untuk menyayangi dan mematuhi orangtua, untuk menafkahi keluarga, memberikan pendidikan yang layak untuk anak, menghormati guru serta para pahlawan, dan ini bukanlah sesuatu yang dikatakan 'Syirik'. Ini merupakan perilaku yang baik karena menaati setiap perintah-Nya.

Tapi, banyak orang-orang yang salah mengartikan maksud tersebut. Ada orang-orang yang terlalu mencintai dan mengingat keluarga dan anak-anaknya dibanding mengingat Yang Maha Kuasa. Ada juga orang-orang yang selalu mengingat Allah SWT tanpa memperhatikan keluarga dan kepentingan anak-anaknya, dan hal seperti ini termasuk melanggar perintah Allah.

Jadi, para pembaca sekalian, marilah kita menaati setiap perintah dan menjauhi larangan-Nya, dan janganlah melupakan urusan dunia. Karena, Allah menyayangi setiap hambaNya yang selalu mematuhi setiap perintahnya. Jika Allah menyuruh kita untuk membahagiakan orangtua, bahagiakanlah mereka dengan belajar yang benar di sekolah, berprestasi di berbagai bidang, mengharumkan nama mereka. Jadi, janganlah salah pengertian. Kita hidup di dunia ini, di letakkan di dunia ini pasti karena Allah punya alasan tersendiri.

Saya bukanlah seorang yang sempurna. Saya juga merupakan hamba-Nya yang penuh dengan dosa. Tapi, saya berusaha untuk melakukan semuanya yang terbaik untuk-Nya juga berusaha mengingatkan Anda tentang hal yang sangat sederhana ini. Dan janganlah lupa tentang fakta bahwa Allah sangatlah mencintai dan menyayangi hamba-Nya lebih dari yang kita duga.

Sekian penjelasan saya, terimakasih. :)

- A.A.M.R

Friday, March 4, 2011

Love and Parents

Konbanwa minna-san!

Aku dapat pencerahan dari salah seorang temanku. Sesuatu yang tidak mereka miliki tetapi aku mempunyainya, begitu juga sebaliknya. Mereka memiliki sesuatu yang tidak pernah kumiliki. Apa itu?

Jadi, sebenarnya teman-teman, sesuatu itu adalah cinta dan orang tua. Penguraiannya adalah sebagai berikut.

Aku bukanlah orang berada, bukan anak seorang pejabat, bukan anak seorang tokoh masyarakat, tidak memiliki keluarga yang eksklusif, tapi aku dekat dengan mereka. Dengan orangtuaku. Mereka bukan orang penting, tapi bagiku mereka adalah orang-orang terpenting dalam hidupku. Mereka selalu menyisakan waktunya untuk sharing dan menasihatiku. Mereka masih mau berbagi cerita dan pengalaman masa mudanya dulu. Setiap hari ulangtahun salah satu anggota keluarga, kami selalu merayakannya walaupun hanya dengan makanan yang biasa. Tapi kami penuh kebersamaan. Sudah saling mengenal satu sama lain.

Tetapi apa yang didapatkan oleh anak orang kaya maupun orang tua yang sangat sibuk keluar masuk kota untuk bekerja? Mereka ditinggal dengan (maaf cakap) pembantunya dan mereka tidak mengenal orangtuanya. Jarang sekali ada yang masih merayakan hari ulangtahunnya bersama keluarga tercinta. Mungkin sekedar memberi hadiah-hadial mahal.

Kebahagiaan bukanlah materi. Cobalah mempelajari hidup kalian untuk mendekatkan diri kepada mereka.

Yang kedua adalah cinta. Siapa sih yang nggak pernah pacaran? Cupu deh, nggak laku, dan kebanyakan orang berbicara semacam itu. Aku sebagai orang yang tidak berpengalaman dalam hal berpacaran dan sebagainya, hanya bisa meludah mendengar cerita-cerita temanku yang sok romantis dengan pasangannya. Dan salah satu temanku mengatakan, kira-kira seperti ini inti yang kudapat dari kata-katanya, "Kami nggak minta solusi tentang hal-hal seperti ini (cinta) sama ko karena ko tu masih belum berpengalaman dalam segi cinta. Pasti ujung-ujungnya ko cuma bisa ngeledekin apa yang kami omongin."


Bukannya iri, tapi kadang-kadang aku risih sama orang yang ngomongin masalah cinta. Rasanya tidak seperti orang yang berintelektual. Kayak nggak ada pokok bahasan lain aja. Aku emang nggak ngerti masalah kayak gitu, tapi cinta itu cuma berapa persen dari kehidupan kita. Tapi, karena hawa nafsu telah menyelimuti diri kita, terkadang ingin mati rasanya jika begini begini begini (lagi-lagi cinta). Dan karena masalah ini rasanya aku seperti diremehkan oleh orang-orang yang sibuk curhat sana-sini tentang cinta. Terkadang aku jengkel, tapi biarlah. Nanti juga mereka mengerti kenapa aku seperti ini.

Cinta itu cuma beberapa persen dari hidup kita kok, percayalah. Sebagai seseorang yang masih menimba ilmu di sekolah menengah, aku hanya memikirkan perasaan orangtuaku dan sanak saudaraku yang berada jauh dari tempat tinggalku. Aku memikirkan masa depanku. Aku memikirkan segala sesuatu yang sama sekali tidak berhubungan dengan cinta.

Begini, aku juga seorang anak cucu adam hawa yang memiliki perasaan terhadap seorang cowok. Tetapi, hidupku bukan hanya untuk orang tersebut. Umpamanya begini, selama dia bukan suamiku, aku tidak akan mati-matian menjaganya atau menahannya agar tidak pergi dariku. Tapi, jika dia adalah suamiku, aku akan menjaganya dan menahannya karena kami sudah diikat dan disatukan dalam sebuah hukum yang menetapkan bahwa kami adalah seorang pasangan suami istri yang sah.

Bagaimana? Akankah kalian mempertaruhkan hidup kalian untuk seorang insan yang nantinya belum tentu menjadi pasangan kita di masa depan? Kurasa, dekatkanlah hubungan kalian yang sedikit renggang dengan orangtua. Dan kalian akan merasa nyaman dan sangat nyaman, dan tanpa kehadiran mereka hidup kita bukanlah apa-apa.

Aku bukanlah ahli cinta maupun ahli sesuatu yang mirip seperti itu. Tapi, berpikirlah secara dewasa. Rasa suka itu normal, tapi jangan terlalu larut dalam perasaan itu. Jadikanlah perasaan itu sebagai motivasi kita untuk menjalani hari-hari berikutnya. Sesungguhnya anak seusia kita masih sangat labil dalam urusan seperti itu.

Dan hal yang terpenting dari semuanya, tetaplah ingat Tuhan Yang Maha Esa, Allah SWT. :)

- A.A.M.R

The Difference of Now and Formerly

Good night everyone!

Aku mau sharing sesuatu yang cukup menakjubkan. Terkadang pemikiran seperti ini terlintas di benakku. Mari kita jalan-jalan sebentar ke sudut pandangku terhadap teman-temanku dan orang-orang tua yang sukses.

Pertama sekali yang ingin saya ucapkan dan saya tanyakan adalah, untuk apa kita sekolah? Nah, kadang-kadang pertanyaan seperti ini terbesit ketika melihat teman-temanku sibuk menyontek di sana-sini saat ujian. Sebenarnya, menurut penelitian saya, murid-murid pada jaman sekarang ini tidak bersekolah karena kemauan diri sendiri.

Baiklah, agar lebih jelas, akan saya uraikan satu persatu. Dulu, saat Indonesia masih belum berkembang, beberapa tokoh pria menjalani pendidikan yang sangat susah didapatkan dan kemudian memperjuangkan segala sesuatu itu agar bisa di dapatkan oleh semua masyarakat di Indonesia. Ketika kaum pria sudah mulai mengikuti kegiatan belajar mengajar tanpa satupun murid perempuan, seorang tokoh yang dikenang dan diperingati setiap tanggal 21 April, Ibu Kartini memperjuangkan masalah pendidikan yang tidak bisa didapatkan oleh kaum hawa yang akhirnya, tanpa melihat gender, pendidikan-pendidikan dasar dan lanjut dapat diraih oleh setiap masyarakat.

Sekarang, apa permasalahannya? Tidak perlu ditanyakan lagi, karena saya pikir kalian bisa menyimpulkan sendiri bagaimana perbedaan murid jaman dahulu yang penuh perjuangan dan kerja keras dengan murid jaman sekarang yang hanya bisa duduk tenang di depan TV atau komputer sedangkan keesokan harinya tugas dan ulangan sudah menumpuk. Kira-kira, apa yang dikerjakan seorang anak jaman sekarang? Ia tidak perlu bersusah payah belajar, karena yang dibutuhkannya hanyalah nilai yang tinggi.

Sebenarnya, kenapa tokoh-tokoh Indonesia memperjuangkan hidupnya agar masyarakat Indonesia dapat menelan berbagai pelajaran dan pendidikan? Karena mereka ingin semua masyarakat Indonesia memiliki ilmu yang cukup agar tidak bisa dibodohi oleh para penjajah lagi.

Lalu, apa yang dilakukan murid jaman sekarang? Apakah mereka bersekolah karena kemauan dan keinginan mereka sendiri? Bukan, melainkan karena perintah dan kewajiban dari orangtuanya untuk sekolah. Apakah mereka mendapat ilmu? Tidak. Karena mereka pikir mendapat nilai tinggi akan lebih dihargai dibanding mendapat ilmu walaupun seember kecilpun. Padahal, mereka termasuk orang-orang yang beruntung. Mereka mendapat biaya, fasilitas yang menunjang, dan teknologi yang semakin hari semakin laju perkembangannya. Tapi, dibanding orang-orang jaman dahulu, orang-orang jaman sekarang KALAH sukses diberbagai bidang. Kenapa? Karena orang-orang jaman dulu menimba ilmu karena kemauan mereka sendiri, dengan susah payah mereka mencari biaya untuk biaya perbulan, dan mereka tau ILMU sangatlah berharga. Mereka tau betapa susahnya mendapatkan ilmu pada masa itu.

Saya tidak tau mau menulis apalagi, bahkan saya belum menulis contoh dari kegiatan sehari-hari murid jaman dulu dengan murid jaman sekarang. Tetapi, saya rasa kalian para pembaca semua sudah bisa menyimpulkan apa yang ingin saya katakan kepada Anda semua.

Jadi, marilah kita merenungi diri kita. Apakah kita memiliki kesadaran untuk menimba ilmu? Atau keinginan untuk sekedar mendapat nilai tinggi?

Well guys, think it on your mind. Be yourself. And dig the knowledge as much as you can.


- A.A.M.R