Di sore hari saat aku sedang menanti azan maghrib, ada panggilan dari luar rumah. Ternyata Stephanie, ia meminta tolong padaku untuk membantu mengganti themes blognya. Saat aku menyalakan laptopku, aku menyadari bahwa laptopnya low batterai. Jadi, aku berusaha mencolokkan charger laptopnya. Aku berusaha meraba-raba lubang stop kontak tanpa menyadari bahwa stop kontak dalam keadaan menyala. Tiba-iba aku merasa kehilangan kesadaran, lalu sekujur lengan kananku terasa seperti ditimpa oleh kucingku. Aku kaget, lalu ujung jari telunjukku terasa nyeri, seperti kesetrum.
"Kenapa ko Yu?" tanya Stephanie samil memasang tampang keheranan.
"Nggak apa-apa, tapi tadi rasanya kayak..." aku berhenti bicara. Takut terdengar oleh ayahku.
"Mbak kesetrum ya?" tanya adikku.
Aku wanti-wanti ayahku tidak mendengarnya. Aku hanya diam.
"Kenapa Yu?" tanya Stephanie lagi.
"Nggak. Nggak apa-apa. Udahlah, biarin aja."
"Pasti aneh, 'kan?" tanya Stephanie lagi.
"Iya sih, aneh," jawabku sambil meraba-raba ujung jariku yang kesetrum. Lalu aku menatap stop kontak itu.
"Untung aku nggak mati gara-gara kesetrum," ujarku. Ini merupakan pengalamanku kesetrum dengan Volt (tegangan) yang cukup besar. "Kalau aku terlalu lama memegangnya pasti aku bisa mati."
Akhirnya aku pun melanjutkan tugasku membantu Stephanie mengganti themes untuk blognya.
Setelah urusan kami berdua selesai, ia bertanya padaku. Seperti biasa, dengan senyum-senyum :D
"Yu, ngapain lagi kita?"
"Gak tau saya," sambil mengutak-atik laptop yang ada di hadapanku.
"Main The House 2 aja yuk?" ajak adikku yang sedang menonton TV.
"No no, never!" pekikku.
"Nggak apa-apa, Yu. Kan rame-rame, pasti seru!" ujar gadis yang biasa dipanggil Tepi itu.
"Ya deh. Bener ya, jangan bising."
Akhirnya kami membuka homepage The House 2. Pertama-tama kami masih menutup mata, ketakutan. Kadang sedikit memekik di balik selimut. Lama-kelamaan kami tenggelam dalam permainan itu. Hari pun semakin gelap. Kami tahu tidak baik bermain game horror saat malam hari, tetapi rasa penasaran kami makin memuncak. Apalagi setelah adikku menyarankan sesuatu.
"Eh, coba The House 1 yuk? Katanya lebih serem..."
"Tiidak," jawabku sambil mengambil laptop.
"Eh, coba aja yuk!" seru Tepi.
"Oke, oke."
"Tapi aku takut nanti pulangnya.." ujar Tepi kemudian.
"Gampang itu."
Akupun mencari gamenya di google, seperti biasa. Kemudian kami mulai menutupi wajah kami dengan selimut. Awalnya aku ragu untuk melanjutkan, tetapi adikku dan Tepi ingin sekali melihatnya. Setelah memasuki ruang pertama, kami cukup kaget dan takut dibuatnya. Saat masuk ke ruang kedua, kami tidak tahan dan akhirnya menghentikan permainan.
"Udah deh Yu, entar kebawa mimpi."
"Ya, aku juga udah takut."
"Eh, gimana ini aku pulangnya. Gelap.."
"Nih, nonton ini aja dulu," ajakku sambil membuka folder video di laptopku. Aku membuka masing-masing videonya. Stephanie mulai tertawa melihat video-video lucuku.
"Sumpah itu bodoh banget!" serunya sambil tertawa.
Akhirnya sampai video terakhir ditampilkan, ia pun memutuskan untuk pulang. Sebelumnya ia sudah menghabiskan secangkir teh yang disajikan oleh ibuku. Ia pun pamit dengan orangtuaku, serta pada kucingku.
"Tante, Brandon ikut pulang ya? Hehe.." senyum Stephanie.
Akhirnya ia pun berjalan pulang, menghilang dalam kegelapan. Aku memperhatikan sosoknya yang menghilang dari balik pagar rumah.
"Baiklah, selesai sudah. Aku harus makan malam."
Begitulah akhir kisah di malam pertama tahun 2011. Have a nice day, guys! :)
- A.A.M.R
Sunday, January 2, 2011
Take One: With Stephanie, Action!
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
0 opinions, critics, and solutions:
Post a Comment